Selasa, 16 April 2013

LAPORAN PENDAHULUAN CA COLORECTI



 1.      KONSEP DASAR PENYAKIT
1.1  DEFINISI
Ca Colorectti (kanker kolorektal) atau kanker internal, lokasi yang paling umum atau area restosigmoid, rectum dan serum. Insiden puncak kanker kolorektal terjadi pada pasien berusia antara 50 – 60 tahun. Kanker kolon bisa dikaitkan dengan ulteractive colitis, granutama, adenoma dengan polip (KMB 2)
1.2  ETIOLOGI
1.2.1        Diet
Pada bangsa barat angka kejadian kanker tinggi dikarenakan kebiasaan makan makanan yang berlemak dan protein hewani, tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, misalnya adalah sayur-sayuran. Karena makanan berserat bisa mencegah terkena kanker kolorectal.
Beberapa kelompok menyerankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan
Adapun makanan yang harus dihindari adalah sebagaimana tersebut di bawah ini:a.       Daging merah
b.      Lemak hewan
c.       Makanan berlemak
d.      Daging dan ikan goreng atau panggang
Sedangkan makanan yang dapat dikonsumsi dengan baik adalah sebagaimana tersebut di bawah ini:a.       Buah-buahan dan sayur-sayuran, khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (misalnya: brokoli)
b.      Butir padi yang utuh.
c.       Cairan yang cukup terutama air.
1.2.2        Kelainan di kolon
a.       Adenoma di kolon (tumor jinak yang sering terdapat di kolon)
b.      Kolitis ulserativa (mempunyai resiko besar untuk terjadinya karsinoma kolon)
1.2.3        Herediter
Hasil penelitian menunukkan anak yang berasal dari orang tua yang menderita kanker kolorectal mempunyai frekuensi 3,5 kali lebih banyak daripada anak-anak yang orang tuanya sehat.1.3  TANDA DAN GEJALA
  1. Perubahan baru dan gejala:
  • Diare dan konstipasi.
  • Perubahan dalam frekuensi, waktu dan ukuran.
  1. Gajala tergantung pada lokasi tumor:
  • Kolon kanan
-          Anemia dan perdarahan saluran gastrointestinal
-          Nyeri abdomen
-          Penurunan berat badan
-          Kelamahan dan mual
  • Kolon sigmoid
-          Obstruksi
-          Perdarahan per rektum
  • Kolon kiri
-          Mukus dalam feses
-          Mual dan muntah
-          Konstipasi
-          Penurunan dalam jumlah feses
-          Darah bercampur dalam feses
-          Nyeri abdominal intermitten
  • Rectum
-          Perdarahan per rectum
-          Diare mucus
-          Perasaan evakuasi yang tidak menyeluruh
-          Tenesmus
-          Nyeri abdominal dan punggung bawah
1.4  PATOFISIOLOGI
Pada perubahan patologi, tumor dapat terjadi di tempat yang berada di dalam kolon mengikuti kira-kira pada bagian berikut ini (Sthrock, 1991):
  1. 20 % pada caecum dan colon assenden
  1. 10 % pada transfersum colon
  1. 15 % pada desending colon
  1. 20 % pada sigmoid colon
  1. 10 % pada rectum
Karsinoma kolorectal sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini penyebab dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam beberapa tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesluterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada di sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada system sirkulasi. System sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa, setelah sel tumor masuk pada system sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tempat yang jauh, kemudian metastase ke paru-paru.Adapun tempat metastase yang lainnya adalah termasuk sebagai berikut:
  1. Kelenjar adrenalin
  1. Ginjal
  1. Kulit
  1. Tulang
  1. Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan system sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritoneal sebelum pembedahan tumor dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan sel kanker pecah menuju rongga peritoneal.PENATALAKSANAAN
  1. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai hemoglobin dan hematokrit bisanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tergualac positif untuk accult blood pada feses memperkuat perdarahan pada GL track. Pasien harus menghindari makan daging, makanan yang mengandung peroksida (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feses specimen. Dua contoh semple feses yang terpisah ditest selama 3 hari berurut-urut. Hasil yang negative sama tidak menyimpang kemungkina terhadap Ca Kolorectal. Karsinoma embrionik antigen (CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca Kolorectal, bagaimanapun hal ini juga tidak spesifik dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit.
  1. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Test ini menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Lubang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan test ini. Computer tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan bagian luar dari penyakit. Chest X – ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
  1. Pemeriksaan Diagnosa Lainnya
Tim medis biasanya melakukan sigmoidscopy dan colonscopy untuk mengidentifikasi tumor. Deteksi dini adalah cara untuk mengontrol Ca Kolorectal dan keterlambatan dalam mencoba perawatan dapat mengurangi kesempatan untuk bertahan hidup dan menguatkan kekwatiran klien dan keluarga klien. Proses diagnosa secara umum meluas dan dapat menyebabkan kebosanan dan menumbuhkan kegelisahan pada pasien dan keluarga pasien. Perawat membolehkan klien untuk bertanya dan mengungkapkan perasaannya selama proses ini.       2.      KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1   PENGKAJIAN
  1. Aktifitas dan istirahat
Gejala:
-          Kelemahan dan atau keletihan
-          Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya factor yang mempengaruhi tidur.
Misalnya adalah nyeri, ansietas, berkeringat malam.-          Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
-          Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress yang tinggi.
  1. Sistem sirkulasi
Gejala              : palpitasi, nyeri dada pada saat pergerakan kerja.Kebiasaan        : perubahan pada tekanan darah
  1. Integritas Ego
Gejala:-          Faktor stress (keuangan, pekerjaan, peruabahan peran) dan cara mengatasi stress (misalnya merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
-          Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya alopesia, lesi cacat pembedahan.
-          Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Tanda: Menyangkal, menarik diri dan marah.
  1. Eliminasi
Gejala;-          Perubahan pola defekasi (misalnya adanya darah pada feses, nyeri pada saat defekasi)
-          Perubahan eliminasi urinarius (misalnya nyeri, rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih).
Tanda: perubahan pada bising usus dan adanya distensi abdomen.
  1. Makanan/cairan
Gejala:-          Kebisaan diet buruk (misalnya diet rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan adanya bahan pengawet).
-          Anoreksia, mual dan muntah.
-          Intoleransi makanan.
-          Peruabahn pada berat badan, penurunan berat badan yang hebat, dan berkurangnya masa otot.
Tanda: perubahan pada kelembaban / turgor kulit.
  1. Neurosensori
Gejala: Pusing dan sinkope.
  1. Nyeri/kenyamanan
Gejala:     Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi, misalnya ketidak nyamanan
ringan sampai yang berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
  1. Pernafasan
Gejala:  
-          Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok).
-          Pemajanan abses
  1. Keamanan
Gejala:-          Pemajanan pada kimia toksik dan karsinogen.
-          Pemajanan terhadap matahari yang lama / berlebihan.
 Tanda:-          Demam
-          Rasa sakit atau ulserasi
  1. Seksualitas
Gejala:-          Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan.
-          Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun.
-          Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital.
  1. Interaksi social
Gejala:-          Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung.
-          Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah)
-          Dukungan atau bantuan.
-          Masalah tentang fungsi dan tanggungjawab peran.
 2.2  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Konstipasi yang berhubungan dengan lesi obstruktif.
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
3.      Resiko tinggi terhadap kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan seringnya muntah dan dehidrasi.
4.      Gangguan ansietas yang berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan diagnosa kanker.
5.      Kurangnya pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang dari perawatan di rumah sakit.
  2.3  INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Konstipasi yang berhubungan dengan lesi obstruktif.
Intervensinya adalah:a.       Kaji bising usus dan catat gerakan usus termasuk frekuensi BAB, konsistensi feses terutama selama 3 – 5 hari pertama dari terapi.
Rasional: Mendefinisikan masalah konstipasi adalah salah satu manifestasi termudah dari neurotoksisitas.
b.      Berikan masukan cairan adekuat dengan cara peningkatan serat.
Rasional: Dapat menurunkan potensial terhadap konstipasi dengan memperbaiki konsistensi feses dan merangsang peristaltic dapat mencegah dehidrasi (diare).
c.       Berikan laksatif, pelunak feses, dan enema sesuai indikasi.
Rasional: Penggunaan profilaktik dapat mencegah komplikasi lanjut pada beberapa pasien (misalnya: yang menerima alkaloid vinca dengan pola defekasi buruk sebelum pengobatan atau penurunan mobilitas).
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
Intervensinya adalah:a.       Tentukan riwayat nyeri, misalnya: lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.
Rasional: informasi dapat memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi.
b.      Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya: reposisi, gosokan punggung) dan aktivitas hiburan (misalnya: music dan televisi).
Rasional: meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian klien.
c.       Evaluasi penghilangan / control nilai aturan pengobatan bila perlu.
Rasional: tujuannya adala control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
3.      Resiko tinggi terhadap kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan seringnya muntah dan dehidrasi.
Intervensinya adalah:a.       Pantau masukan, haluaran dan batasi cairan dan makanan per oral untuk mencegah adanya muntah.
Rasional: keseimbangan cairan negative terus-menerus menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan penggantian cairan.
b.      Observasi turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa, perhatikan keluhan pada pasien.
Rasional: indicator tidak langsung dari status hidrasi / derajat kekurangan.
c.       Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu.
Rasional: membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan.
d.      Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional: pengukuran sensitive terhadap fluktuasi keseimbangan cairan.
4.      Gangguan ansietas yang berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan diagnosa kanker.
Intervensinya adalah:a.       Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Rasional: memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
b.      Pertahankan kontak yang sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.
Rasional: memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.
c.       Tingkatkan rasa dan lingkungan yang tenang.
Rasional: memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemampuan koping.
d.      Perhatikan koping tidak efektif, misalnya interaksi social buruk, tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.
Rasional: mengidentifikasi masalah individu dan memberikan dukungan pada pasien / orang terdekat dalam menggunakan ketampilan koping yang efektif.
5.      Kurangnya pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang dari perawatan di rumah sakit.
Intervensinya adalah:a.       Temukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya. Tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri / sebelumnya atau pengalaman orang lain yang mempunyai atau pernah mengidap kanker.
Rasional: membantu mengidentifikasi ide, dikap, rasa takut, kesalahan persepsi dan kesenjangan pengetahuan tentang kanker.
b.      Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata tetapi sensitive. Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak memaksakan secara detail tentang hal yang tidak perlu.
Rasional: membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.
c.       Minta pasien untuk umpan balik verbal dan memperbaiki kesalahan konsep tentang tipe kanker individu dan pengobatannya.
Rasional: kesalahan konsep tentang kanker lebih mangganggu dari pada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan / penurunan penyembuhan.3.      LITERATUR
Brunner & Suddart. 2000. Keperawatan medical bedah Vol. 2. Jakarta: EGC.Doengoes, Maryllin. 2001. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.Mansyoer Arif, dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta: Media Aesculapius.   
Add caption

 

Selasa, 15 Januari 2013

MANAJEMEN KEPERAWATAN


Pengantar Manajemen Keperawatan
        2.1.1 Pengertian Manajemen
                                Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. (P. Siagian, 2000)
                                Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989)
                                Jadi manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.

2.1.2 Fungsi Manajemen
1.       Perencanaan (planning), perencanaan merupakan :
a.       Gambaran apa yang akan dicapai
b.      Persiapan pencapaian tujuan
c.       Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d.      Persiapan tindakan – tindakan
e.      Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja
f.        Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan
2.       Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas.
3.       Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval
4.       Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5.       Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, methode, machine, minute dan market.

2.1.3 Prinsip Manajemen
          Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah
a.       Division of work (pembagian pekerjaan)
b.      Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
c.       Dicipline (disiplin)
d.      Unity of command (kesatuan komando)
e.      Unity of direction (kesatuan arah)
f.        Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum)
g.       Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
h.      Centralization (sentralisasi)
i.         Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j.        Order (ketertiban)
k.       Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
l.         Equity (keadilan)
m.    Inisiative (prakarsa)
n.      Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)



2.1.4  Proses Manajemen Keperawatan
                                Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.
                                Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.
                                Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

         2.1.5  Prinsip – prinsip yang mendasari Manajemen Keperawatan
a.       Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.
b.      Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c.       Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d.      Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e.      Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f.        Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g.       Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
h.      Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.
i.         Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j.        Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalam perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2  Metode Asuhan Keperawatan
         2.2.1 Pengertian
                    Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
                    Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
a.       Sesuai dengan visi dan misi institusi
b.      Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
c.       Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d.      Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
e.      Kepuasan kinerja perawat.

2.2.2  Tujuan
a.       Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b.      Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c.       Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d.      Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e.      Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.

2.2.3  Macam-macam metode Asuhan Keperawatan
                         Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan:
1.    Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model ini diterapkan pada saat perang dunia ke 2. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).

Kepala Ruangan
Perawat :
Pengobatan
Perawat :
Pengobatan
Perawat :
Pengobatan
Perawat :
Pengobatan
 




                  
                                                                 
Pasien
 





2.    Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
Kepala Ruangan
Staf Perawat
Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien
Pasien
Pasien
 










3.    Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)


Kepala Ruangan
Dokter
Sarana RS
Perawat Primer

Pasien
Perawat Pelaksana evening
Perawat Pelaksana night
Perawat Pelaksana jika diperlukan
 















4.    Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu ( Douglas, 1984).








Kepala Ruangan
 

                                                                                                 
Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Anggota
Anggota
Anggota
Pasien / klien
Pasien / klien
Pasien / klien
 







2.3  Interdisciplinary Rounds or Case Conference
       2.3.1  Pengertian KonferensI
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik.


1. Konferensi klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi antara berbagai antar profesi kesehatan seperti dokter, perawat dan ahli gizi yang membahas tentang perkembangan pasien, ilmu-ilmu terbaru yang bertujuan dalam perkembangan pelayanan kesehatan dan untuk kesehatan pasien.
2. Konferensi pra-klinik
Merupakan kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian, sampai kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama.

 2.3.2  Interdisciplinary Rounds Or Case Conference
             Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
              Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1.       Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi ka tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim(Modul MPKP, 2006)
2.       Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Tujuan Pre dan Post Conference : Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).
3. Peer review
                Peer Review adalah proses evaluasi diantara teman sekerja dan seprofesi dengan kemampuan yang sama praktek. Mereka secara kritis mereview praktek sejawatnya dengan menggunakan standar kinerja yang baku. Ini adalah self-regulation dan mendukung prinsip autonomi. Peer review terdiri dari sejawat yang memeriksa tujuan asuhan langsung dari sejawatnya dengan standar yang khusus, indicator kritis dari asuhan yang ditulis oleh sejawat. Tujuan peer review adalah untuk mengukur akontabilitas, evaluasi dan meningkatkan pemberian asuhan, identifikasi kekuatan dan kelemahan, mengembangkan policy yang baru atau diubah.

2.4  Keselamatan Pasien (Patient Safety)
        Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan pasien dari hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan pasien seperti jatuh, kebakaran, dll.
a.       Pasien Safety
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006)
b.      Universal precation
Tindakan pengendalian infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat, pelayanan dalam rangka pengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam dan Ninuk, 2007).
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi rumah Sakit. Standar Keselamatan Pasien menurut (PMK No. 1691 tentang keselamatan pasien Rumah Sakit) terdiri dari 7 standar yaitu :
Target 1 syarat 1
Identifikasi pasien secara tepat : tujuan dari sasaran ini adalah untuk mendapatkan identifikasi yang setepatnya dari individu yang menerima perawatan tersebut
Target 2 syarat 2
Meningkatkan komunikasi yang efektif : komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai penyebab dari kasus-kasus sentinel. Komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu, dan di mengerti sang penerima.
Target 3 syarat 3
Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian : manajemen obat-obatan yang tepat merupakan faktor penting dalam menjamin keselamatan pasien
Target 4 syarat 4, 5 dan 6
Mengurangi salah lokasi, salah pasien dan salah tindakan operasi : tujuan dari target ini adalah untuk selalu mengenali tepat lokasi, tepat pasien dan tepat tindakan.
Target 5 syarat 7
Mengurangi risiko infeksi : penelitian telah membuktikan bahwa melakukan petunjuk cuci tangan akan mengurangi transmisi infeksi dari staff ke pasien. Hal ini akan mengurangi insiden kesehatan yang berhubungan dengan infeksi.
Target 6 syarat 8
Mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh : jatuh menjadi salah satu bagian besar dari penyebab cederanya pasien yang sedang dirawat dirumah sakit.